25 Oktober 2025
  • PORTAL BERITA ONLINE
  • NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE
  • BERANI BEDA..!!
  • MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

Menanti Sejengkal Aspal di Kabupaten Termuda, Mahakam Ulu


Menanti Sejengkal Aspal di Kabupaten Termuda, Mahakam Ulu
Potret buram batas jalan darat Mahakam Ulu ke Kutai Barat di kawasan Long Melaham yang kondisinya berupa tanah liat.

Asa Menteri PU untuk menghitamkan jalan pada 2017 masih mengawang-awang. Jalan antara batas Kutai Barat ke Mahakam Ulu yang hingga kini masih non-status, membuat pembangunan sulit dilakukan.

EKSPOSKALTIM, Mahulu

"Mahakam Ulu sungguh-sungguh akan menjadi perhatian saya, dan semoga tahun 2017 akan saya perjuangkan untuk pembangunan jalan. Memang sungguh ironis, sebagai kabupaten baru namun tidak ada satu meterpun jalan beraspal,” ungkap Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mochammad Basuki Hadimuljono saat audiensi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional Kaltim, September silam.

Kepada Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh, sang menteri berjanji, 2017, jalan mulai dari perbatasan Kutai Barat hingga ke Mahakam Ulu dipastikan sudah menghitam.

Itu juga tak terlepas dari  tekanan Presiden RI Jokowi yang meminta agar jalan menjadi perhatian serius Kementerian PU. Dan saat ini sedang ada perencanaan programnya, yang di 2017, ditarget pembangunan jalan dari batas Kubar hingga ke Mahulu sudah dapat diaspal.

Sepenggal jalan cor di kawasan jalan poros Ujoh Bilang-Long Bagun tepat depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD) Mahulu.

Namun, sejauh pantauan dari Ekspos Kaltim, belum ada ciri maupun tanda perencanaan pembangunan bakal berjalan.

Boro-boro memikirkan pembangunan jalan, lebih dari 5 tahun sejak Kabupaten Mahulu berdiri, pemerintah justru saling lempar bola terkait status jalan penghubung Kutai Barat-Mahakam Hulu. Antara batas Kubar ke Mahulu yang hingga kini masih non status. Sehingga percepatan pembangunan menjadi sangat sulit dilakukan.

Sejauh ini juga belum ada jawaban dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait status jalan.

Baik, provinsi dan pusat, sama-sama enggan mengurus jalan penghubung yang memiliki bentang panjang hampir 140 kilometer itu. Mungkin karena letaknya yang berada nun jauh di pedalaman sana.

Padahal jalan yang ada ini dipergunakan untuk kelancaran penggunaan pengangkutan barang dan orang serta utama material yang dipergunakan untuk pembangunan di Mahulu.

Jika berharap Pemkab Mahulu dengan segala keterbatasan dana yang ada, pembangunan jalan itu sangat mustahil dilakukan.

Mahulu sempat berinisiatif mengajukan bantuan Rp 180 miliar ke Pemerintah Provinsi Kaltim guna melakukan pembenahan jalan  Kubar-Mahulu. Namun, belakangan yang disetujui melalui APBD Murni 2017 hanya Rp 8 miliar.

Potret buram jalan poros Mahakam Ulu ke Kutai Barat

Dampak dari itu, pemerintah harus menyicil pembangunan jalan, re-design, dan memangkas bentang panjang yang akan dibenahi hingga mencapai 8 kilometer saja. Alhasil, hanya jalan di kawasan Memahaq Teboq yang diproyeksikan terbangun tahun ini mengingat kawasan itu dirasa yang paling terpencil dan terisolasi.

Jika dihitung-hitung, jalan sepanjang 1 kilometer memerlukan dana berkisar Rp 1 miliar. Jika bentang jalan yang dikehendaki sekira 140 kilometer, semestinya membutuhkan dana tak kurang dari Rp 1,4 triliun.

Angka itu tidak termasuk biaya pembenahan jembatan-jembatan penghubung. Untuk diketahui jarak jalan dari Mahulu ke ibukota Provinsi Kaltim mencapai 500 kilometer, sedangkan pembangunan jalan untuk pembukaan akses isolasi di  Mahulu mencapai 750 kilometer, yang terdiri dari jalan non status mencapai 200 kilometer, jalan negara mencapai 450 kilometer, jalan antar desa ke kabupaten sekitar 100 kilometer.

Jika ingin melihat kondisi jalan ke kabupaten atau dengan bentang terpendek, kondisinya sama saja, belum tersentuh aspal hitam.

Sekali lagi dengan keterbatasan dana yang ada, baru sebagian kecil jalan di pusat pemerintahan yang merasakan pembenahan. Itu pun bentuknya hanya sekedar kegiatan pengecoran jalan dengan jumlah bentang tak begitu panjang, yakni di seputaran Kantor Bupati Mahulu, dan areal pasar dan dermaga di Ujoh Bilang. Namun jika kita berjalan sejak ke arah kawasan Jalan Apo Medo X1, kampung Ujoh Bilang atau dekat kantor Dinas Pendapatan Daerah, jalan tanah liat sudah dapat kembali ditemui.

Sisanya kondisi jalan yang ada masih berkarakteristik tanah liat, mudah hancur-lebur, bebatuan, imbas dari sama sekali tak tersentuh pembangunan. Jika hujan mengguyur, sudah pasti pengendara sulit melintas, licin, dan rentan tergelincir. Kondisi ini setidaknya bertahan sampai sekarang.

Sementara kondisi itu belum ditambah banyaknya jalan yang dihubungkan dengan jembatan berbahan kayu yang bersifat sementara, yang keadaannya juga cukup miris. Jembatan penghubung yang biasa disebut masyarakat dengan nama Baili dibuat sebagai penghubung mengingat banyaknya aliran sungai yang memutus jalan.

Kebutuhan pembangunan jembatan sendiri di berbagai lokasi diperkirakan mencapai panjang total 1.000 meter. Jembatan Sungai Mahakam 3 titik dengan masing-masing bentangan antara 100 – 200 meter per jembatan, sedangkan jembatan Sungai Ratah dengan bentangan 120 meter.

Walhasil, jika memilih akses darat menuju Kubar masyarakat setidaknya harus berpikir beribu-ribu kali. Seperti yang dirasakan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mahulu, Novita Bulan, bertahun-tahun lamanya.

Jika ingin ngilir-istilah berpergian ke kota atau menuju hilir Sungai Mahakam- perempuan asli Long Apari, perbatasan RI-Malaysia ini mesti menjatuhkan pilihannya ke alat transportasi sungai, yaitu speed boat. Tempo perjalanannya cukup singkat dengan biaya, yang relatif lebih murah.

"Namun efek timbal balik dari itu bahan kebutuhan pokok disini jadi mahal, " kata Novita.

"Seringkali saya coba akses darat bisa sampai 12 jam. Sudah pasti telat mengejar jadwal penerbangan. Kalau hujan ya tidak bisa lewat," tutur perempuan berkulit putih khas suku Dayak ini.

Terkait dengan kondisi jalan di Mahakam Ulu, lanjut Novita, harus diakui kondisi sungguh sangat memprihatinkan. "Pak menteri sendiri miris karena mengetahui tidak ada satu meterpun atau sejengkal jalan belum ada aspalnya."

Dikatakan olehnya, saat ini konsen yang tengah diupayakan pihaknya ialah melakukan pembenahan terlebih dahulu.

"Untuk peningkatan belum, setidaknya (pembenahan) lebih membuka akses jalan terlebih dahulu," katanya.

Jika melalui jalur darat rute yang dilewati, yakni Ujoh Bilang-Laham-Long Hubung-Memahak Teboq-Muara Mujan-Tering-Melak, kata dia, kerusakan terparah didapati di kawasan sekitar Memahak Teboq.

"Anggota dewan lain yang bapak-bapak itu lebih memilih ngilir menggunakan sepeda motor. Ya jika hujan, jalan tak bisa dilewati kebanyakan mereka menunggu bahkan sampai menginap di jalan sampai jalan kembali mengering," kata Politisi Partai Gerindra ini.

Ya, sepanjang jalan masih sulit ditemui permukiman penduduk. Kebanyakan yang ada hutan belantara saja, dengan sedikit perkebunan sawit. Saking terisolasinya, deru mesin ketinting milik taksi air dari tepi sungai pun tidak terdengar.

Sementara saat dirinya hendak mengunjungi wilayah perbatasan di Long Apari yang berbatasan langsung dengan negara Serawak – Malaysia, Novita sendiri lebih memilih menggunakan speed boat bermesin ganda, meski harus melewati jalur riam berbahaya, karena jalan belum memadai.

Reporter : Fariz Fadhillah    Editor : Benny Oktaryanto

Apa Reaksi Anda ?

0%0%34%0%34%34%0%0%



Comments

comments


Komentar: 0