26 April 2024
  • PORTAL BERITA ONLINE
  • NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE
  • BERANI BEDA..!!
  • MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

Opini : Sekolah Online, Psikologi Anak Terancam


Opini : Sekolah Online, Psikologi Anak Terancam
Cucung Isma Yanti, Mahasiswi IAIN Samarinda Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. (ist)

EKSPOSKALTIM.COM - Sejak diumumkan masuk ke Indonesia pada Maret 2020, Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah menyebabkan banyak korban berjatuhan. Mungkin tidak ada yang pernah membayangkan sebelumnya bahwa virus ini akan mengakibatkan tragedi kemanusiaan yang begitu mendalam.

Dalam waktu singkat virus ini tersebar luas ke berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia saja, di berbagai negara di belahan dunia lainnyapun virus ini tersebar dengan cepat dan banyak memakan korban jiwa.

Baca juga : Opini : Tantangan Pembelajaran Berbasis Daring

Berbagai upaya dilakukan beberapa negara untuk mencegah penyebaran virus ini seperti, dengan menutup akses keluar masuk negara, isolasi kota, isolasi seluruh negara, melakukan pemeriksaan massal dan masih banyak lagi.

Sementara di Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), untuk mempercepat penanganan Covid-19.

Pembatasan kegiatan ini meliputi, peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, dan pembatasan kegiatan sosial budaya.

Selain itu, diwajibkan untuk selalu memakai masker saat akan keluar rumah, dan selalu mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir setelah berpergian, menjaga pola hidup sehat, dan rajin berolahraga.

Dalam upaya pembatasan sosial yang dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia, seluruh aktifitas pendidikan diliburkan dan menerapkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa secara daring.

Melakukan pembelajaran daring dari rumah tentunya berbeda dengan melakukan pembelajaran secara langsung disekolah. Hal ini tentunya sangat dirasakan oleh anak-anak, karena yang biasanya mereka dapat bermain bersama teman-teman dan berinteraksi secara langsung dengan guru dibatasi oleh benda pipih berbentuk segi empat bernama smartphone.

Kebebasan mereka untuk bermain dan belajar bersama teman-teman sudah tidak bisa dilakukan lagi. Setiap hari anak-anak harus berhadapan dengan smartphone untuk menerima pelajaran dari sekolah.

Peran orang tua tentunya sangat diperlukan di sini, orang tua harus selalu mengawasi kegiatan belajar anak, karena penggunaan smartphone secara berlebihan dan tidak sesuai dengan penggunaannya akan memberikan dampak yang buruk terhadap anak. Seperti yang kita ketahui bahwa semua informasi dapat diakses melalui smartphone, baik itu informasi yang bersifat positif maupun informasi yang bersifat negatif.

Selain itu, penggunaan smartphone pada anak-anak juga dapat mengganggu kesehatan psikologis. Anak-anak cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar dan stabilitas emosi yang lebih rendah. Sehingga, ketika mereka memperoleh sebuah informasi baru, mereka akan menggali lebih dalam dan mencoba hal-hal baru tersebut.

Apabila kegiatan ini tidak dalam pengawasan orang tua, dikhawatirkan mereka akan terjerumus dalam hal-hal negatif. Selain itu, bermain smartphone dalam jangka waktu yang lama juga dapat membuat kesehatan mata anak terganggu.

Dampak yang lebih membahayakan lagi adalah anak-anak kehilangan lingkungan sosialnya, kepekaan sosial hilang dan berkembang menjadi individu anti sosial yang sulit beradaptasi dengan lingkungan masyarakat.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengurangi keterpaparan smartphone pada anak. Pertama, dengan menetapkan batasan waktu dalam menggunakan smartphone. Sebenarnya tidak mudah untuk benar-benar 100% lepas dari smartphone, oleh karena itu yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan batasan waktu dalam penggunaannya.

Baca juga : Opini : Politik Empati

Kedua, memotivasi anak untuk bermain di luar. Daripada anak menghabiskan waktu di depan layar, suruh mereka untuk bermain di luar dengan teman-teman sebayanya. Hal ini juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi dengan lingkungan sosialnya.

Ketiga, pastikan mereka memiliki waktu tidur yang cukup. Anak-anak setidaknya harus tidur 10 jam lamanya dalam sehari. Tidur sangat penting bagi mereka untuk membantu otaknya bekerja lebih efisien. Selain itu, tidur yang cukup juga akan sangat bagus untuk kesehatan anak.

Dan keempat, tawarkan melakukan kegiatan lain. Membiarkan anak sibuk dengan smartphone bukanlah ide yang bagus. Jika anda tidak bisa untuk selalu mengawasi mereka, lebih baik sibukkan mereka dengan mainan, buku cerita, puzzle atau buku menggambar.

Penulis: Cucung Isma Yanti (Mahasiswi IAIN Samarinda Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam)

Artikel di atas menjadi tanggung jawab penulis, bukan redaksi EKSPOSKaltim.com

Reporter :     Editor : Abdullah

Apa Reaksi Anda ?

0%0%0%0%0%0%0%0%


Comments

comments


Komentar: 0