23 Oktober 2025
  • PORTAL BERITA ONLINE
  • NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE
  • BERANI BEDA..!!
  • MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

#KluivertOut Menggema, Warganet Rindu Shin Tae-yong Usai Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026


#KluivertOut Menggema, Warganet Rindu Shin Tae-yong Usai Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026
Pelatih Timnas Indonesia Patrick Kluivert memimpin sesi latihan resmi jelang pertandingan Fifa Matchday di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/9/2025). Latihan tersebut sebagai ajang persiapan jelang pertandingan melawan Timnas Taiwan pada Jumat (5/9). Foto: ANTARA

Jakarta, EKSPOSKALTIM - Kekalahan tipis 0–1 dari Irak pada laga Grup B putaran keempat kualifikasi zona Asia menandai berakhirnya harapan Indonesia tampil di Piala Dunia 2026. Kekalahan itu tak hanya memupus mimpi, tapi juga memantik kemarahan publik yang menumpahkan kekecewaan lewat tagar #KluivertOut di media sosial.

Tagar itu merujuk kepada Patrick Kluivert, pelatih asal Belanda yang kini menangani Timnas Indonesia. Ia menggantikan Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan yang kontraknya berakhir pada Januari 2025. Sejak ditinggalkan Shin, performa tim menurun drastis, dan nostalgia terhadap era kepelatihannya pun merebak.

Shin Tae-yong melatih Indonesia sejak Desember 2019 hingga 6 Januari 2025. Di bawah arahannya, peringkat FIFA Indonesia melonjak dari posisi 173 ke 127 dunia, sebuah capaian yang tak pernah terjadi dalam dua dekade terakhir.

Di platform X (Twitter), hingga Minggu (12/10/2025) pagi, lebih dari 33 ribu unggahan menandai #KluivertOut. Tagar itu bahkan bersanding dengan percakapan soal blunder, “Natal”, dan ribuan unggahan lain yang menyebut nama Shin Tae-yong. Di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, nyanyian nama Shin juga terdengar seusai laga.

Reaksi emosional itu bisa dimengerti. Pemecatan Shin Tae-yong oleh PSSI pada awal 2025 masih menyisakan tanda tanya. Keputusan itu muncul usai Indonesia gagal di Piala AFF, padahal di tangan Shin, Timnas perlahan menunjukkan arah baru, dari tim yang hanya berharap menang, menjadi tim yang berani bermimpi lolos Piala Dunia.

Shin bahkan memulai perjuangan dari putaran pertama kualifikasi Piala Dunia 2026, menghadapi negara-negara kecil seperti Guam, Makau, dan Brunei. Setelah menang agregat 12–0 atas Brunei, Indonesia menembus putaran kedua dan tergabung di Grup F bersama Irak, Vietnam, dan Filipina.

Hasilnya memuaskan. Indonesia finis di posisi kedua dan lolos ke putaran ketiga. Ini prestasi langka dalam sejarah sepak bola nasional. Di putaran ketiga, skuad Garuda masuk Grup C bersama Jepang, Australia, Arab Saudi, China, dan Bahrain. Dari enam laga, Indonesia mengantongi enam poin hasil satu kemenangan, tiga seri, dan dua kekalahan.

Namun pada 6 Januari 2025, Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengumumkan berakhirnya kerja sama dengan Shin Tae-yong. Ia menggantinya dengan pelatih yang “punya nama besar dan komitmen sejarah,” yang belakangan diketahui adalah Patrick Kluivert. Erick bahkan menyebut perekrutannya dilakukan di Hari Natal untuk menguji keseriusan calon pelatih.

Kluivert tiba di Indonesia pada 11 Januari 2025 dan diperkenalkan sehari kemudian. Targetnya jelas, membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026.

Ekspektasi tinggi itu segera berbalik jadi kritik. Dalam laga debutnya, Indonesia dibantai Australia 1–5. Padahal saat dilatih Shin, laga melawan lawan yang sama berakhir imbang 0–0. Kekalahan telak juga terjadi saat menghadapi Jepang (0–6), lebih buruk dibanding era Shin (0–4).

Puncaknya, Indonesia tumbang 2–3 dari Arab Saudi di Jeddah, 9 Oktober 2025. Hasil itu terasa pahit karena sebelumnya, di era Shin, Indonesia sempat menahan imbang Arab Saudi 1–1 di Riyadh dan menang 2–0 di Gelora Bung Karno.

Tak heran jika publik menilai penggantian pelatih di tengah jalan justru memutus proses yang sedang matang. Jika di era Shin yang dijual adalah “proses,” maka di era Kluivert yang diminta hanyalah “hasil.”

Apalagi dengan tambahan pemain naturalisasi seperti Ole Romeny, Dean James, Joey Pelupessy, Emil Audero, Mauro Zijlstra, dan Miliano Jonathans—yang seharusnya membuat tim lebih kuat, bukan sebaliknya.

Apa langkah PSSI berikutnya?

Setelah kegagalan di kualifikasi Piala Dunia, hanya dua pilihan tersisa memecat Kluivert atau mempertahankannya hingga Piala Asia 2027.

Jika memilih memecat, maka PSSI harus mencari pelatih dengan pengalaman internasional yang minimal setara atau bahkan melampaui Shin Tae-yong. Tapi jika memilih mempertahankan, maka Kluivert wajib membuktikan diri di Piala Asia nanti—karena publik tak lagi sabar menunggu “proses.”

Seperti kata pesohor Ibnu Jamil, “Memang enggak ada jaminan juga yang lama itu bisa bawa kita ke Piala Dunia, tapi mungkin kerelaan hati kita akan jauh lebih besar ketimbang yang sekarang.”

Reporter : ANTARA    Editor : Maulana

Apa Reaksi Anda ?

0%0%0%0%0%0%0%0%


Comments

comments


Komentar: 0