Samarinda, EKSPOSKALTIM - Pakar ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul) Felisitas Defung mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap maraknya investasi emas digital yang tidak terdaftar resmi.

"Apalagi ada aplikasi baru yang jualan emas padahal dia tidak terdaftar di Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi)," kata Felisitas di Samarinda, Kalimantan Timur, Senin (3/11).

Ia menilai kemajuan teknologi finansial memang memudahkan generasi muda berinvestasi emas tanpa batasan besar modal. Banyak platform memungkinkan pembelian mulai dari Rp500 ribu, bahkan kurang dari satu gram.

"Itu sebuah kemudahan yang luar biasa dari berbagai aplikasi," ujarnya.

Namun di balik kemudahan itu, Felisitas menegaskan risikonya juga besar. Aplikasi tanpa izin resmi rawan menipu pengguna, terutama mereka yang tidak memeriksa legalitas platform di Bappebti.

https://eksposkaltim.com/berita-15427-harga-emas-antam-turun-rp16-ribu-per-gram.html

Selain persoalan legalitas, ia juga menyoroti tren harga emas yang melonjak hingga 60 persen sepanjang 2025. Lonjakan ini memicu fenomena Fear of Missing Out (FOMO), terutama di kalangan muda yang tergoda berita dan unggahan media sosial.

"Secara psikologis muncul pikiran: ini kesempatan bagus, tak mau ketinggalan," katanya.

Menurut Felisitas, investasi emas seharusnya dilakukan untuk jangka panjang, bukan spekulasi cepat yang berisiko rugi saat harga turun. Banyak investor justru membeli di puncak harga karena takut tertinggal.

Ia membandingkan emas fisik memang butuh biaya dan tempat penyimpanan, tapi kepemilikannya jelas. "Kalau yang fisik tentu enggak bisa diragukan lagi, dia pegang fisiknya, ada emasnya," ucapnya.

Sedangkan investasi emas digital sangat bergantung pada kredibilitas platform. Karena itu, Felisitas menekankan pentingnya memastikan cadangan emas fisik benar-benar ada di balik setiap transaksi digital.