25 Oktober 2025
  • PORTAL BERITA ONLINE
  • NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE
  • BERANI BEDA..!!
  • MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

Hulu Mahakam (Masih) Menanti Akses Darat


Hulu Mahakam (Masih) Menanti Akses Darat
Aktivitas hilir mudik di Dermaga Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu. (Ekspos Kaltim/Fariz)

Mahakam Hulu adalah kabupaten paling belia di Bumi Etam. Hampir empat tahun sejak diresmikan 20 Mei 2013 silam, Mahulu kini, dan dulu tidak jauh berbeda.

EKSPOSKALTIM, Mahulu

Akses paling mungkin ditempuh ke perkampungan utama Suku Dayak bagian selatan itu hanya lewat sungai. Jalur darat masih sukar dilalui kendaraan roda dua, apalagi roda empat.

Alhasil, transportasi air menjadi andalan. Itupun masih berbilang belasan jam untuk sampai di ibukota, Ujoh Bilang.  

Ekspos Kaltim beranjak dari Dermaga Tering yang berjarak sekira 150 kilometer dari Sendawar ibukota Kabupaten Kutai Barat, sekitar jam 10.00 pagi. Haluan kapal motor (KM) Batuah, “taksi air” yang kami tumpangi perlahan membelah arus Sungai Mahakam yang cukup tenang. Padahal hujan baru mengguyur Kota Sendawar.

Kapal bermotor merupakan transportasi yang melintasi Sungai Mahakam menuju kawasan Hulu Mahakam.

Namun ternyata, hujan berdampak cukup besar bagi jumlah pemudik. Pagi itu, Dermaga Tering dipenuhi antrean masyarakat yang hendak ke Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun. Transportasi sungai dipilih lantaran enggan untuk menempuh jalur darat.

Lima belas menit bertolak dari dermaga, kapal berpapasan dengan speed boat yang mengangkut penumpang mudik ke hulu. Di lambungnya tertulis “Mahulu 1”, menandakan speed boat itu milik Bupati Mahulu, Bonifasius Belawan Geh.

Orang nomor satu di Mahulu itu mesti menempuh perjalanan 4 jam guna mencapai Ujoh Bilang. Memang ada akses udara, namun belum cukup memadai. Jika dari Sendawar, terbang dari Bandara Melalan dan mendarat di Datah Dawai.

Seandainya akses darat Tering-Ujoh Bilang sudah memungkinkan, tentu transportasi air bukanlah pilihan satu-satunya, begitu kata Lung Bilang (26), seorang staf Setkab Mahulu yang ikut menumpangi KM Batuah.

Suasana di Dermaga Tering, Sendawar Kabupaten Kutai Barat.

Hujan menghalangi niatnya untuk menempuh akses Kubar-Mahulu via darat. Jika melalui jalur darat, rute panjang siap-siap dilewati, yakni Melak-Tering-Muara Mujan-Memahak Teboq-Long Hubung-Laham-Ujoh Bilang. Sepanjang rute itu, faktor cuaca menjadi penentu.

Dari informasi, akses terparah mulai dari Memahak Tebok-Long Hubung-Laham yang sepanjang jalannya masih berupa tanah liat, bebatuan, lika-liku tikungan, dan turunan serta tanjakan nan curam. Jika hujan mengguyur sudah pasti jalan penghubung satu-satunya itu tak bisa dilewati alias amblas.

Terlampau sering cerita-cerita mengenai amblasnya kendaraan roda empat dan dua yang nekat menempuh akses itu terdengar. Empat buah Ford Ranger pernah saling tarik menarik untuk melewati jalan bebatuan nan curam karena salah satunya amblas.

“Biasa saya dengan sepeda motor bisa tembus sampai Ujoh Bilang, tapi jika hujan, jalan menjadi berlumpur, tingginya bisa selutut orang dewasa,” kata Lung, pemuda berkulit putih tinggi besar ini.  

Menempuh perjalanan darat, walau hanya berjarak sekitar 150 kilometer, tapi bisa menghabiskan waktu sekitar 5-8 jam. Kebanyakan  pengendara memilih menginap lantaran frustasi menempuh panjangnya daratan itu.

Sepanjang jalan juga masih sulit ditemui permukiman penduduk. Rawan sesat. Hanya hutan belantara dan sedikit perkebunan sawit. Saking terisolasinya, deru mesin ketinting dari tepi sungai pun tidak terdengar.

“Memang jauh sekali dari apa-apa di sana, sangat rawan untuk memilih jalur darat saat ini,” keluh pemuda asal Kecamatan Long Bagun ini. 

Transportasi sungai menjadi yang paling digandrungi masyarakat. Namun pemudik siap-siap untuk menghabiskan waktu 12 sampai 14 jam. Kapal yang tersedia rata rata memiliki panjang 25 meter dengan tinggi 3 meter, serta mampu mengangkut beban berkisar 25 ton. Fasilitasnya terbilang memadai, seperti ruang tidur umum, toilet, dan dapur.

Namun, pagi itu, bukan penumpang yang menjejali seisi kapal kayu itu. Melainkan barang-barang seperti sembako, sayur mayur, ikan, kasur, bahan bakar minyak, dan berbagai kebutuhan pokok lain. Dengan penumpang, perbandinganya bisa bisa 1 banding 10. Soal tarif, berbeda dengan penumpang. Tidak ada harga baku untuk tarif barang bawaan tersebut.

“Tergantung nego, yang pasti jutaan,” jelas Marli, Nahkoda KM Batuah. 

Satu persatu kampung di tepi Sungai Mahakam dilewati. Sebut saja, Kelubaq, Muara Mujan, Leban, Long Iram, Kelian, Memahaq Teboq, Datah Bilang, Long Hubung, Hurai, Memahak Besar, Long Merah, Laham, Melaham dan lain-lain.

Sedikitnya ada 50 kampung di sepanjang jalur menuju hulu. Sesekali kapal singgah di dermaga kampung untuk sekadar beristirahat dan menurunkan penumpang. Kedua kawasan memang terhubung daratan. Tapi harus mengarungi Sungai Mahakam melalui beberapa kampung. 

Saat matahari mulai tenggelam dan penerangan cahaya kapal semakin minim, Marli memutuskan menyudahi perjalanan hari itu. Menginap di salah satu kampung, yakni Long Melaham menjadi pilihan bijak. Nahkoda kapal enggan untuk meneruskan perjalanan malam mengingat risiko banyaknya tumpukan kayu serta perairan dangkal yang harus dihindari.

“Besok pagi kita lanjutkan, ya malam ini kita menginap di sini,” ujar Marli kepada penumpang.

Praktis, harapan sampai ke Ujoh Bilang 12 sampai 14 jam, gugur. Subuh sekitar pukul 05.00 Wita perjalanan dilanjutkan. Belum satu jam kapal berjalan, dua buah tower milik TVRI dan Radio Republik Indonesia (RRI) tampak dari kejauhan.

“Sinyal telepon jam 5 sore sudah hilang, itupun cuma bisa diakses di Ujoh Bilang. Long Bagun masih susah. Hilang timbul,” ujar Lung mengomentari. 

Menggunakan “taksi air” relatif murah dibandingkan speed boat. Per orang dikenakan tarif berkisar Rp 100 ribu. Sementara menggunakan speed boat biayanya bisa tiga kali lipat. Tergantung nego. Untuk kendaraan roda dua Rp 150 ribu. Biaya lebih harus disiapkan untuk sekadar memindahkan sepeda motor ke dalam kapal, yaitu Rp 100 ribu untuk upah buruh angkut. 

Di masing-masing dermaga belum ada jembatan penghubung yang memadai guna dilintasi kendaraan ke daratan. Hanya berjejer puluhan anak tangga guna menuju kabupaten berpenduduk 28,516 jiwa seluas 15,315 km2 tersebut.

Pusat pemerintahan Kabupaten Mahakam Hulu di Ujoh Bilang.

Reporter : Fariz Fadhillah    Editor : Benny Oktaryanto

Apa Reaksi Anda ?

0%0%0%0%0%0%0%0%



Comments

comments


Komentar: 0