Banjarbaru, EKSPOSKALTIM – Ada pemandangan berbeda di acara Lelang Serentak Harat Banar (LSHB) 10.10 yang digelar Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng), Jumat (10/10). Di antara deretan barang bernilai miliaran rupiah, terselip sepuluh lembar kain sasirangan karya anak-anak penyandang sindrom down. Semua laku terjual, dengan harga mulai Rp400 ribu hingga Rp1 juta per lembar.
“Kita menghadirkan lelang sasirangan hasil karya anak-anak hebat kita yang memiliki keistimewaan,” ujar Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kalselteng, Tetik Fajar Ruwandari, di sela kegiatan di Banjarbaru.
Menurutnya, langkah ini bukan sekadar kegiatan sosial. Tapi, simbol nyata inklusi dan penghargaan atas karya setiap warga negara.
“DJKN ingin menegaskan bahwa setiap karya, sekecil apa pun, layak mendapat ruang, apresiasi, dan kesempatan yang sama,” kata Tetik.
Setelah melelang karya anak-anak istimewa itu, DJKN melanjutkan dengan 493 lot barang dari berbagai kategori bernilai limit total Rp75 miliar. Tetik menegaskan bahwa keterbukaan dalam setiap proses lelang adalah bagian dari membangun integritas dan kepercayaan publik terhadap negara.
Kegiatan LSHB juga menjadi bentuk sinergi Kemenkeu Satu Kalsel, yang melibatkan DJKN, DJP, DJBC, DJPb, dan seluruh unit Kemenkeu di Kalimantan Selatan dan Tengah. Tujuannya, mendorong ekonomi lokal melalui mekanisme lelang yang transparan dan modern.
Dukungan terhadap semangat transparansi juga datang dari daerah. Bupati Tabalong, Muhammad Noor Rifani, ikut serta dengan melelang 100 sepeda motor dan 10 mobil aset desa.
“Selama ini desa belum pernah melelang aset yang sudah tidak dimanfaatkan, padahal sudah tidak efisien dan efektif. Lelang ini bagian dari upaya membangun transparansi dan kepercayaan masyarakat,” ujarnya.
Kebahagiaan tampak jelas di wajah para orang tua anak penyandang sindrom down yang karyanya ikut dilelang. Ketua POTADS Kalsel, Sigit Bayuadhi, menyebut langkah Kemenkeu ini memberi ruang bagi anak-anak istimewa untuk dihargai tanpa diskriminasi.
“Kami senang anak-anak ini diberi kesempatan yang sama. Bahkan harga karya mereka naik ratusan persen saat dilelang. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut,” katanya.
Di antara mereka, Zaidan, salah satu anak pembuat kain sasirangan, tersenyum lebar sambil mengacungkan jempol ketika hasil karyanya dibeli seorang pejabat Kemenkeu seharga Rp1 juta.
“Alhamdulillah, senang sekalilah,” ujarnya dengan polos, tapi penuh bangga.








Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !